Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Rabu, 23 Januari 2013

Nasib teko blirik

Teko Blirik diketahui mulai digunakan di Indonesia setelah perang Diponegoro tahun 1830. Di kalangan Perkebunan, banyak digunakan buruh. Agen pertama Teko Blirik adalah Jan Mooijen pedagang Belanda kelahiran Belgia yang buka agen penjualan teko blirik di tahun 1845.
Di tahun 1908 pada pasar Gambir, teko blirik dijadikan salah satu identitas Hindia Belanda. Teko Blirik masih jadi andalan banyak petani, nelayan dan buruh di Jawa. Pada tahun 1921 pada jaman pemogokan-pemogokan ramai di Semarang, ada gerakan buruh yang menggunakan teko blirik sebagai symbol perdjoangannya, selain ‘Caping Keroak’ yang juga dijadikan symbol perdjoangan kaum buruh.
Tahun 1960-an teko blirik mencapai puncak kejayaannya. Teko Blirik mulai menghilang di awal tahun 1990-an sejak dikenalkannya teko berbahan plastik yang lentur dan lebih murah. Teko Blirik sekarang hanya ada di toko-toko barang antik.


Kini Teko Blirik nasibnya seperti Becak di Jakarta, hanya tinggal kenangan....
Untuk saat ini, hampir semua teko di Indonesia ( Oden Houseware ) berbahan stainless steel.

Please Give Us Your 1 Minute In Sharing This Post!
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →
Powered By: BloggerYard.Com

0 komentar:

Posting Komentar