Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Selasa, 07 Mei 2013

Filosofi Proses Pembuatan Teko Keramik

Keramik merupakan benda yang tidak asing dalam kehidupan kita. Tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari saja, penggunaan keramik juga dilakukan dalam dunia medis, bahkan untuk kepentingan antariksa.
Tidak usah jauh-jauh, lihatlah teko keramik kita. Tahukah kita, dari apa teko keramik yang cantik itu dibuat. Bahan dasarnya adalah tanah liat.
Adalah tanah liat yang  merupakan tanah berwarna butek, teronggok, diinjak-injak orang. Suatu hari terjadilah obrolan antara onggokan tanah liat satu dengan onggokan tanah liat satunya lagi (tanah liat dua). Tanah liat satu berkata, “Hai tanah liat dua, kita pindah ke situ yok, ke dekat gudang stok tanah liat di pabrik keramik itu! Katanya kalau kita dipake disitu, kita bisa berubah menjadi keramik yang cantik”. Tanah liat dua menanggapinya dengan sinis, “Mau ngapain loe ke sana, enakan juga disini. Emang lo kaga pernah denger apa desas-desus horor di sana? Katanya sekali masuk, lo bisa dibakar dan digencet berkali-kali! Emang tahan apa lo! Gua mah ogah, udah enakan begini. Kalo lo mau ke sana, ya ke sana aje sendiri, jangan ngajak-ngajak gua.”
Kemudian pada satu kesempatan yang langka tak disangka-sangka, berpindahlah tanah liat satu, masuk ke dalam area pabrik tersebut.
Perjalanan pun dimulai. Tanah liat satu bergabung dengan teman-temannya sesama tanah liat yang akan digunakan sebagai bahan baku teko keramik yang cantik. Tanah liat tersebut disekop dan dilempar oleh tangan-tangan kekar ke sebuah lori yang membawanya menuju bagian produksi. Tanah liat tersenyum, inilah awal perjalananku, biasanya aku hanya diinjak-injak seenaknya saja oleh manusia, sebentar lagi aku akan berubah menjadi keramik yang cantiiiiik…
Senyum tanah liat tak berlangsung lama. Sesampainya di bagian produksi, tanah liat mendengar jeritan yang amat memilukan dan melihat pemandangan yang amat mengerikan. Tergambar dalam benaknya perlakuan macam apa yang akan segera dia terima.
Benar saja, tanah liat dicomot dan dipasang dalam sebuah meja putar. Tanah liat diputar sedemikian rupa dengan kencang sampai pusing, belum lagi badannya ditekan-tekan kencang oleh manusia. Tanah liat mulai berteriak, “Ooooo tidaaaaak…”. Tak beberapa lama penderitaan itu berakhir. Bodi tanah liat yang awalnya hanya berupa gumpalan, sekarang sudah berubah menjadi lebih oke, seperti teko. Tanah liat bernafas lega (untuk sementara).
Selanjutnya si tanah liat dikirim ke Bagian Pembakaran. Di sana tanah liat dibakar dengan api yang panas membara. Tanah liat berteriak-teriak kesakitan. “Cukup…cukup sudah aku tidak sanggup…aku tidak kuat…!” jerit tanah liat. Tapi tak satu pun tangan-tangan kekar itu yang mempedulikannya. Untuk sesaat tanah liat menyesal kenapa dirinya memutuskan untuk memasuki pabrik tersebut. Tanah liat terus menjerit-jerit kesakitan karena dirinya tidak hanya dibakar satu kali, tapi berulang-ulang kali hingga badannya menjadi cokelat tua kehitaman. Setelah badannya menjadi keras, pembakaran baru dihentikan.
“Ya Allah, apa lagi kiranya yang akan aku hadapi. Sungguh aku tidak kuat lagi!” jerit tanah liat dalam hati kecilnya. Allah berbisik kepadanya, “Sabarlah tanah liat, semua yang kau hadapi akan membuatmu kuat. Sebentar lagi semuanya akan berbuah manis”.
Tanah liat pun bersabar. Dirinya duduk terdiam, menunggu di pojokan rak di gudang yang gelap. Keesokan hari sebuah tangan kekar membawanya menuju Bagian Pengecatan. Di situ dia dipoles sedemikian rupa hingga menjadi cantik, diberi warna-warni yang menarik. Selanjutnya dia diberi baju plastik dan dikemas kedalam kardus yang indah. Selanjutnya dia tidak tahu apa yang terjadi karena dia tetap berada di dalam kardus dalam jangka waktu yang lama, sendirian, dan kesepian hingga sampai suatu waktu dia dikeluarkan dari dalam kardus oleh sebuah tangan halus indah.
“Waah, teko keramik yang cantik…” kata si pemilik tangan tersebut. “Akan aku letakkan di lemari pajangan yang bagus ini, dan ku gunakan untuk menuangkan minuman segar bagi tamu-tamuku nanti.”
Tanah liat yang sudah berubah menjadi teko keramik cantik memandangi dirinya dari pantulan kaca lemari. “Waaaah…betapa cantiknya aku saat ini..” bisik keramik. “Betapa berbedanya aku dengan diriku yang dulu walaupun amat panjang perjalanan yang harus aku hadapi untuk membayarnya. Dulu aku hanyalah tanah liat butek yang biasa diinjak-injak manusia. Saat ini aku adalah teko keramik cantik yang diletakkan di tempat khusus tersendiri, dan keberadaanku kelak membawa manfaat bagi orang banyak”. Tanah liat yang sudah berubah menjadi teko keramik cantik tersenyum senang.
Seperti itulah diri kita dalam kehidupan, bagaikan tanah liat yang diproses. Tanah liat dilempar, diaduk, diputar, dibentuk, lalu dibakar dalam api yang panas hingga menjadi keramik. Dari kuliah Perpindahan Kalor (Heat Transfer) kami memahami bahwa keramik yang baik adalah keramik yang menjalani proses dengan optimal. Adukan tanah liat yang baik sehingga komposisi dan kestabilannya merata, pembentukan disain yang tepat, dan pembakaran yang tepat dimana pembakaran harus dilakukan berkali-kali dalam suhu yang amat tinggi. Apabila pembakaran tidak dilakukan pada temperatur yang pas, keramik akan retak dan pecah. Apabila pembakarannya tepat. Keramik akan kuat, tidak rapuh.
Manusia yang tangguh dilahirkan dari badai kehidupan. Yang ditempa dihajar sedemikian rupa. Yang diberikan masalah dan cobaan tiada henti. Sampai akhirnya badai berhenti dan  manusia  tersenyum.
Hidup adalah reaktor, kedewasaan adalah proses, dan masalah adalah katalisnya. Masalah dalam hidup akan mempecepat proses manusia menuju kedewasaan hakiki.
Ada orang-orang yang jatuh, terjungkal, dan luka parah dalam menghadapi masalah. Saya salah satunya. Saya kesakitan. Saya benar-benar kesakitan. Seperti tanah liat yang dilempar, diaduk, diputar, dibentuk, lalu dibakar dalam api yang panas yang tinggi. Tapi saya harus yakin semua yang terjadi saat ini, semua peristiwa menyedihkan yang saya alami yang kadang membuat saya bertanya, “Kenapa Saya yang harus mengalami??” akan berakhir indah.
Tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan di muka bumi ini. Jauh sebelum kita lahir ke dunia, semua sudah ditetapkan, dan percayalah ketetapan itu adalah yang paling baik yang dipilihkan Allah bagi kita.
sumber : http://annasari.wordpress.com

Please Give Us Your 1 Minute In Sharing This Post!
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →
Powered By: BloggerYard.Com

0 komentar:

Posting Komentar